Rapat pleno DPP Partai
Golkar akhirnya memutuskan Airlangga Hartanto sebagai Ketua Umum Partai Golkar
definitif mengantikan Setya Novanto. Keputusan ini diambil dalam rapat yang
berlangsung alot dan diwarnai mundurnya Azis Syamsudin dalam perebutan kursi
pucuk pimpinan Golkar.
Keputusan Rapat pleno
ini tentunya membuat lega sebagian besar kader Golkar yang sejak awal
menginginkan perubahan, terlebih setelah Setya Novanto, ketua umum Partai
ditetapkan oleh KPK sebagai tersangka untuk yang kedua kalinya.
Novanto, walaupun sudah
berstatus sebagai tahanan, namun dia tetaplah seorang Ketua Umum, dan bisa
mengendalikan partai secara syah. Untuk itulah barangkali dia membuat
kebijhakan dengan menunjuk Aziz Syamsuddin sebagai penggantinya ketika dia menyatakan mundur dari ketua DPR.
Keputusan itu syah adanya, dan ditandatangani oleh ketua dan sekejen Partai,
namun menimbulkan riak kecil ditubuh Partai,
dan berujung pada penolakan sebagian besar anggota Fraksi Golkar di DPR.
Penetapan tersangka terhadap
Novanto berdampak pada tingkat elektabilitas Golkar, kepercayaan public jadi
menurun, nama baik partai jadi tercoreng. Dan terlebih lagi dimedia social
bertebaran meme yang menyudutkan sang ketua, para pemegang kepentingan dan
segenap kader Golkar tentu tidak ingin pimpinannya menjadi bahan olok-olokan,
dan bila keadaan ini terus berlanjut bukan tidak mungkin akan membuat Golkar akan
terpuruk dan sulit bangkit menghadapi tahun – tahun politik kedepan.
Kekhawatiran yang sama juga diungkapkan oleh sesepuh Golkar seperti Akbar
Tanjung dan Jusuf Kalla.
Untuk itulah barangkali
demi menyelematkan nama besar partai, keputusan harus diambil dan ketua umum
harus diganti. Kerindangan Pohon Beringin harus tetap dijaga, agar seluruh
kader golkar bisa nyaman berteduh dibawahnya, maka rapat pleno memutuskan,
menetapkan Airlangga sebagai ketua umum.
Setelah rapat pleno
memutuskan Airlangga menggantikan Novanto sebagai Ketua Umum, bukan berarti
masalahnya selesai, penetapan itu masih sangat premature, masih bisa
dipersoalkan oleh pihak-pihak yang mungkin memiliki kepentingan atas jabatan
tersebut. Masih ada dua tahap lagi yang harus diselesaikan oleh Airlangga,
yakni Rapim dan Munslub.
Rapim akan memutuskan
kapan saatnya Munaslub, dan Munaslub akan melakukan pengesahan Airlangga Hartanto sebagai Ketua Umum Golkar
secara definitif, namun tidak tertutup kemungkin saaat Munaslub berlangsung
isunya jadi berkembang, sehingga
terjadi pemilihan Ketua Umum yang akan diikuti oleh beberapa calon.
Kemungkinan itu bisa
saja terjadi, karena menurut AD/ART
Golkar kewenangan memilih dan menetapkan ketua umum bukanlah Rapat Pleno, tapi
Munas atau Munaslub, namun sungguhpun demikian, keputusan rapat pleno itu sudah
menjadi titik terang bagi Golkar untuk menyelesaikan kusut masai dan kemelut
ditubuh Partai, lebih dari itu semua Jokowi tentu ikut bergembira, karena
sejenak setelah terpilih dengan lantang Airlangga menyebutkan bahwa "Partai Golkar berkomitmen mendukung pemerintahan Pak Jokowi-JK sanpai
2019 dan rapimnas lalu mendukung Bapak Presiden mencalonkan diri 2019-2024. Dan keputusan itu membuat Jokowi menjadi nyaman berteduh dibawah Pohon
Beringin yang rindang.
0 comments:
Post a Comment