Motto :

Membaca sebanyak mungkin, Menulis seperlunya

Pelajaran Berharga dari Soni dan Liza

Written By lungbisar.blogspot.com on Monday, July 24, 2017 | 3:29 PM

Sepasang anak muda Rokan Hilir Soni dan Nurliza, lolos dalam audisi Akademi  D4 Indosiar, Soni berasal dari Bagan Batu dan bermukim di Yogyakarta, sementara Nurliza masih duduk dibangku Madrasah Aliyah Bagansiapi-api. Keduanya mendapatkan golden tiket untuk maju dalam pertarungan berikutnya yang diselenggarakan oleh Indosiar di Jakarta.

Keberhasilan awal yang diraih oleh Soni dan Nurliza, membuat masyarakat Rokan Hilir, khususnya masyarakat Bagansiapi-api mendadak sadar, bangkit dari tidur panjangnya. Merekapun mulai bergegas, menghimpun kekuatan untuk memberikan dukungan dengan harapan agar kedua anak Jati Rokan Hilir  itu menjadi penyanyi Dangdut kenamaan, atau minimal salah satu diantaranya menjadi juara dalam kompetisi bergengsi tersebut.

Untuk memenuhi harapan inilah kiranya mendadak muncul himbaua agar warga Rokan Hilir khususnya warga Bagansiapi untuk mengirimkan dukungan SMS sebanyak-banyaknya, selain itu ada pula yang sengaja datang ke Jakarta menyaksikan langsung pertunjukan tersebut distudio 5 Indosiar Jakarta, “memberi Support,” demikian alasannya

Setelah beberapa kali tampil, akhirnya Nurliza dan Soni tersenggol, perjuangan mereka kandas, SMS dukungan yang diberikan tidak cukup untuk mengantarkan keduanya kebabak berikutnya, dan kehadiran warga Rohil distudio Indosiar juga tidak memberi bekas apapun. Keduanya harus menerima kenyataan bahwa dalam sebuah kompetisi menang dan kalah itu merupakan sebuah kewajaran.

Sebaliknya, bagi masyarakat Rokan Hilir sendiri kesadaran yang mendadak muncul akan arti pentingnya memiliki seniman besar yang berprestasi ditingkat Nasional perlu ditindak lanjuti, jangan sampai kekalahan Soni dan Liza membuat semangat masyarakat menjadi padam. Semangat berkesenian seperti itu perlu terus dikobarkan dengan kesadaran baru bahwa seorang seniman tidak lahir dari sebuah persitiwa dadakan seperti itu.

Kekalahan Soni dan Liza seharusnya menjadi cambuk pemicu bagi pemerintah Rohil dan segenap masyarakatnya, bahwa untuk tampil ditingkat nasional, untuk meraih prestasi gemilang tidak cukup hanya dengan mengirimkan SMS dan dukukungan semata, tapi perlu pengasuhan yang berkesinambungan dan pelatihan yang serius.

SMS yang dikirim dalam jumlah yang banyak belum tentu dihitung oleh penyelenggara, karena tidak tertutup kemungkinan berlaku ketentuan bahwa satu SMS untuk satu nomor telepon genggam, jadi jika ada satu nomor telpon yang mengirimkan SMS dalam jumlah yang banyak adalah sebuah dukungan yang salah kaprah, karena satu nomor hanya boleh mengirimkan satu SMS

Justeru itulah kiranya, kepulangan Soni dan Liza tidak perlu disambut dengan ratap tangis dan sikap saling menyalahkan, tapi perlu dihadirkan sebuah pemikiran bahwa untuk melahirkan seniman berbakat, memerlukan kerja keras dari semua pihak . Upaya konkrit dan terjadwal harus dilakukan, umpamanya dengan cara mengadakan latihan vokal secara rutin, pendidikan berkesian yang berkesinambungan, melaksanakan pestival ditingkat daerah dan lain sebagainya. Upaya ini jauh lebih baik dari pada melakukan umpat puji kepada orang lain yang tak jelas juntrungannya.

Untuk ananda Soni dan Liza, kami ucapkan terima kasih, kehadiran ananda berdua telah memberikan pelajaran berharga bagi segenap pemangku kepentingan dan pengambil kebijakan di Rokan Hiril (terutama Dewan Keseniannya) akan arti pentingnya sebuah kerja pembinaan bakat seni yang selama ini sangat terabaikan. Lebih dari itu kehadiran ananda berdua telah membuat mata semua pihak jadi terbuka hingga mampu membedakan mana yang loyang dan mana pula tembaga.


0 comments: