Motto :

Membaca sebanyak mungkin, Menulis seperlunya
Powered by Blogger.

Visitors

Powered By Blogger

Featured Posts

Like us

ads1

Burung Beo Baginda

Written By lungbisar.blogspot.com on Friday, August 16, 2024 | 10:56 PM

Disuatu pagi di Bagansiapi-api. aku melangkah dengan pasti menuju sebuah warung kopi. Mencari teman lama untuk diajak bercanda dan bergurau sambil berdiskusi. Aku ingin  menikmati hangatny kopi dan  suasana hangat puluhan tahun yang  silam, bual para pengopi yang menghangat,  suasana pertemanan dan keakraban pagi yang tetap terpelihara, hatiku menjadi berbunga-bunga disela salaman dari  banyak teman dan orang yang dulu kukenal, dan aku betul-betul gembira dibuatnya

Makin meninggi hari kian ramai pengunjungnya, makin semarak pula bual rekan yang berkumpul, meja mulai digabung satu, dua, tiga  menjadi rangkaian panjang hingga suasananya berubah menjadi sebuah reuni kerabat lama. Topik pembicaraanpun makin seru, bercampur baur antara kisah masa lalu dengan kekinian yang katanya sudah jauh lebih maju, hingga sampailah kami pada satu topik hangat yakni soal Pemilukada.

Aku berharap topik ini menjadi pemuncak dari bualan kami dipagi itu, karena Pemilukada adalah ajang kompetisi dari beberapa calon pemimpin rakyat. Harapanku pagi itu sederhana saja, ingin tau seperti apa kondisi yang sebenarnya, bagaimana sikap warga kota ini terhadap para tokoh terbaik yang mencalonkan diri itu. Akupun ingin mendapat gambaran seperti apa pemimpin yang mereka inginkan, dan apa harapan masyarakat terhadap pemimpinnya kedepan.  Tapi apa mau dikata aku harus menelan pil pahit, karena topik ini ternyata tidak menarik minat teman – teman untuk didiskusikan, satu persatu  mereka beranjak dari tempat duduknya, berbagai alasan mereka kemukakan dan akhirnya tinggal aku dan Bahtiar Les, sambil bertatap-tatapan melihat Mak Iyah siempunya warung mengemas piring dan gelas bekas makan minum kami.

Bahtiar seakan mengerti dengan perasaanku yang diselimuti kekecewaan, sebelum pamit dia membisikan sesuatu ditelingaku, aku terdiam dan sejenak mengangguk pelan dengan ketidak mengertianku tentang apa yang diucapkannya, Bahtiar juga mengangguk dan sejenak kemudian dia berlalu dari sisiku.

Sekali lagi aku kebingungan sendirian dikamar losmen, sudah banyak perubahan disini, waktu magrib orang tak lagi bersiap-siap kesurau, waktu  malam tak terdengar lagi suara ibu-ibu mendongeng atau menyanyikan anaknya menjelang tidur, kecuali suara bising burung Walet dari rumah penangkaran. Topik bualan pagi juga tak sebebas dulu lagi, banyak teman yang menghindar jika bualan sudah menjurus kearah politik, apalagi bicara soal calon yang berani menantang incumbent, bisa tak naik pangkat seumur hidup, atau mutasi ketempat kering dan sulit, “waduh begitu mencekamnya suasana ini.” Ujarku sambil membalikan tubuh kedinding.

Ketika melihat dinding kamar aku teringat pada ucapan Bahtiar yang dibisikannya tadi,  ”Disini dinding bertelinga,”  katanya sambil berlalu.

Bahtiar sudah pergi jauh, entah mengayunkan langkah entah mengayuh kehidupan, tapi yang jelas dia meninggalkan aku dengan sebuah peringatan bahwa “Dinding bertelinga”, itu maknanya bahwa saat ini menjadi tabu bicara soal politik, makanya banyak teman yang menghindar takut direkam oleh dinding dan sampai ketelinga tuan,

“Makanya As, kata Bahtiar dengan serius, “disini tak ada lagi Hang Jebat yang berani berkata Raja Alim Raja Disembah, Raja Zolim Raja dibantah, tak ada lagi orang bijak yang berani memberi tunjuk ajar, tak ada lagi orang tua yang berani dituakan, yang ada hanyalah Patih Kermawijaya, sipenjilat dengan lidahnya yang bercabang menjadi tukang fitnah”, lanjut Bahtiar lagi.

“Lalu …….?

“Tidak ada yang lalu, kecuali titah Baginda”

“Hang Tuah dimana ? Tanyaku

“Kau cari sendirilah dibalik cerita-cerita legenda yang terserak diberbagai tempat diluar kota ini, disini sudah tak ada lagi bijak laksamana, tak ada lagi Tuah, yang ada hanyalah burung Beo milik Baginda

10:56 PM | 0 comments | Read More

Ke Bagan

Written By lungbisar.blogspot.com on Tuesday, October 22, 2019 | 2:08 PM


Duduk dibibir Tebing Sungai Rokan sambil menunggu sampan tumpangan, hasrat hati nak hilir ke Bagan, angin bertiup perlahan, dan sesekali terdengar kicau Kedidi sambil ekornya terunggit-unggit dipucuk Berembang.

Daun dan mumbang Kelapa berserak tak beraturan disekelilingku, pohonnya tumbang bersamaan dengan runtuhnnya tebing yang tergerus arus.

Sudah hampir sepenanak nasi lamanya aku duduk menunggu, matahari sudah naik sepenggalahan,  namun sampan tumpangan belum jua didapat. Banyak sampan yang melintas, tapi tak bisa membawaku serta karna sampannya penuh dengan muatan. Dan, ………… ada juga yang lewat dengan sampan besar, dikayuh oleh pemiliknya, tapi tak sudi menyinggahkan aku karena didalamnya ada pengantin baru.

Arus mulai deras, matahari sudah tak lagi bersahabat, sinarnya menyengat ubun-ubun, hingga membuat keringat mulai meleleh, aku mulai gusar, kesempatan hilir ke bagan menjadi pupus, hilang tak berbekas dikarenakan tak dapat sampan tumpangan.

“Apa hajat Ngah ?” tiba-tiba terdengar suara menyapa, aku menoleh dan ternyata Lung Bisar yang datang, lelaki tengil yang selalu bicara menyengat itu menghampiriku, dan seperti biasanya dia datang dengan bermodalkan mancis, lalu dengan senyum menghias bibirnya dia minta rokok sebatang.

“Nak ke Bagan,” jawabku singkat sambil mengeluarkan bungkus tembakau Kampa , dia tak menjawab, lalu dengan cekatan menyambar kampil tembakau ku, lalu menggulungnya dengan daun nipah, sejenak kemudian dipantiknya mancis, dan mengepullah asap dari celah bibir dan lubang hidungnya.

“Udah berapa lama menunggu ?” tanyanya sambil mengajakku mencari tempat berteduh dibawah pohon rindang  yang agak jauh dari bibir tebing.

“Dari pagi,” jawabku singkat.

“Kini memang sulit mendapat tumpangan, kalau tak punya sampan tak usahlah berharap nak hilir ke Bagan,” ujar Lung Bisar

“Hem …….. sama sebangun dengan PILPRES ya Lung,” kataku memotong ucapannya.

“Iya, kalau tak punya sampan jangan berharap banyak menjadi Calon,” sambungnya lagi sambil nyengir, sampai Nampak gigi sungilnya.

Mataharipun membubung tinggi, dan dari kejauhan terdengar bunyi beduk dalam, pertanda waktu zuhur sudahhampir masuk, kamipun melangkah pulang, sambil berdoa semoga tebing tidak lagi runtuh.

2:08 PM | 0 comments | Read More

Setelah Romi Tersandung

Written By lungbisar.blogspot.com on Tuesday, March 19, 2019 | 3:46 PM


Romi diciduk KPK pada Jumat (15/3). di Hotel Bumi, Surabaya, dan setelah melalui proses pemeriksaan ketua umum PPP itu dinyatakan sebagai tersangka, dipakaikan baju berwarna Orange dan digiring masuk tahanan, sejak itu sampai hari ini meringkuklah dia dalam sel.

Setelah ditetapkan sebagai tersangka, Romi tentu sudah tidak sempat lagi memikirkan nasib partainya, sementara itu Anggaran Rumah Tangga (ART) PPP, menyebutkan bahwa dalam hal Ketua Umum atau pengurus harian lainnya ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK dalam kasus tindak pidana korupsi atau kejahatan serius lainnya termasuk narokba, terorisme, oleh Kepolisian RI atau Kejaksaan Agung RI, maka diberhentikan atau diberhentikan sementara.

Terkait aturan yang tertuang dalam ART partai itu pulalah kiranya para pengurus harian sebagai PPP mengadakan rapat dadakan dan menetapkan Suharso Manoarfa untuk menggantikan Romi, dan keputusan itu nantinya akan diperkuat saat Mukernas dimasa mendatang.
Penunjukkan Manoarfa oleh rapat pengurus harian itu bisa jadi akan menimbulkan MASALAH tersendiri bagi partai, karena aturan yang tertuang dalam ART PPP menyebutkan bahwa jika Ketua Umum berhalangan tetap maka yang menggantikannya adalah Wakil Ketua Umum,

Dalam susunan pengurus harian DPP tidak tertera nama Manoarfa sebagai Wakil ketua umum, nama-nama personil yang menjabat  waketum diantaranya Mardiono, Fadli Nurzal, Amir Uskara, Arwani Thomafi, Fernita Darwis, Wardatul Asriah, Reni Marlinawati, Tamam Achda, Anita Prihapsari, Ermalena Muslim, Mansyur Kardi,  sementara jabatan Manoarfa sendiri adalah Ketua Pengganti Majelis Tinggi Partai.

Masalah ini jangan dianggap sepele, elite PPP harus hati-hati dan berhitung dengan cermat, menetapkan Manoarfa bisa dianggap sebagai pelanggaran terhadap konstitusi partai yang menyebutkan jika terjadi kelowongan jabatan Ketum hanya dapat diisi oleh Waketum yang dipilih dalam rapat yang dihadiri pengurus Harian DPP, Ketua Majelis Syariah, Ketua Majelis Pertimbangan, Ketua Majelis Pakar (Pasal 13 Anggaran Rumah Tangga PPP).

Mudah-mudahan para pengurus harian dan para wakil ketua umum bisa menerima keputusan yang menetapkan Manoarfa sebagai pengganti Ketua Umum, jika tidak, sekali lagi PPP akan bergejolak, dan kemungkinan itu sepertinya hanya tinggal menunggu waktu.

Selain persoalan kursi Ketua Umum, PPP juga masih harus memperhitungkan keberadaan kelompok PPP Muktamar Jakarta yang disebut oleh Arsul Sani sebagai Mualaf Politik.  Kelompok yang dimotori oleh Djan Farid dan Humpery ini tentu tidak ingin kehilangan peluang untuk kembali merebut pengaruh dan peluang untuk mengendalikan partai.

Kelompok ini bisa saja mendorong Partai agar segera melakukan Muktamar Nasional untuk menetapkan pengganti Romi. Sebagai peserta Muktamar mereka akan leluasa bermanuver untuk merebut kembali kursi ketua umum, mereka masih punya pengaruh yang kuat didaerah tertentu dan dalam kepengurusan PPP sekarang ini ada 48 orang yang berasal dari kubu  mereka, jumlah ini tentu merupakan kekuatan besar untuk merebut peluang.

Selain persoalan internal partai, sepeninggalan Romi PPP juga berpolemik dengan partai lain yang secara bersama ada dalam Koalisi Petahana, yakni dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)
Bermula dari pernyataan Maman Imanulhaq Direktur Relawan Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Maruf Amin yang menyebut Romi sebagai musuh Islam karena tersandung kasus korupsi. Pernyataan Maman itu disambut oleh Ketua PPP Kota Bandung, Zaini Shofari.

Menurut Zaini, Maman tidak mempunyai kewenangan untuk mengurusi persoalan internal yang sedang dihadapi oleh PPP. "Seharusnya setiap peristiwa apapun harus dijadikan bagian dari sebuah kesadaran berpolitik, bukan kemudian mencabik-cabik apalagi memaki dan menghujat internal partai lain," ujarnya sebagaimana dikutip oleh berbagai media.

Kemarahan Zaini terus berlanjut dengan menyeret-nyeret PKB didalamnya. Zaini pun menyinggung persoalan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar yang diduga ikut terlibat dalam dugaan suap pembahaan anggaran untuk dana optimalisai Direktorat Jenderal Pembinaan dan Pengembangan Kawasan Transmigrasi (P2KT), yang dikenal dengan istilah “Kardus Durian”, di Kementerian yang saat itu dipimpinnya.

Diinternal partai menyimpan persoalan serius, sesama teman dalam koalisi mulai tegang, dan satu lagi yang tidak kalah serunya adalah keterlibatan kementerian Agama dalam persoalan Romi, dimana menterinya adalah kader partai yang ruangannya sempat disegel oleh penyidik KPK.

Apakah kasus Romi ini akan menyeret menteri agama, wallahu’alam, namun yang jelas dua personil 
dibawahnya sudah terlebih dahulu ditetapkan sebagai tersangka, dan kalau meminjam ungkapan pak Mahfud, Menteri Agama itu orang bersih, tetapi tak berdaya menghadapi pejabat diatasnya. Atasan Menag kalau bukan presiden ya pasti Ketua Partai.

Sebelumnya, banyak pihak yang meragukan kemampuan PPP untuk dapat mengirim wakilnya ke Senayan, karena tidak mampu memenuhi batas minimum perolehan suara 4 %, dan setelah Romi tersandung kasus, keraguan itu nampaknya semakin mendekati kenyataan.

3:46 PM | 0 comments | Read More

Menyambut Gerhana Bulan

Written By lungbisar.blogspot.com on Wednesday, January 31, 2018 | 11:54 AM

Disusun oleh: Utih Amartiwi Rahman, S.Si
(Alumni Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Club Astronomi Santri Assalaam (CASA))

Di penghujung bulan Januari 2018, Indonesia dapat menyaksikan sebuah fenomena
unik, yaitu gerhana bulan yang bersamaan dengan blue moon dan super moon. Gerhana istimewa ini terjadi pada hari Rabu, 31 Januari 2018 dengan durasi fase total 1 jam 16 menit 4 detik. Diperkirakan fenomena unik ini akan terjadi lagi sekitar tahun 2037.
Blue moon atau bulan biru adalah istilah purnama kedua di kalender masehi. Seperti
yang kita ketahui, purnama pertama di bulan ini adalah tanggal 2 Januari 2018. Sehingga, tanggal 31 Januari 2018 nanti adalah purnama kedua. Hal ini dapat terjadi karena perbedaan jumlah hari dalam 1 bulan di kalender masehi (rata-rata 30-31 hari) dan lama rotasi bulan (29,5 hari). Sehingga, dapat menyebabkan adanya 1 bulan di kalender masehi yang terdapat purnama pertama di awal bulan dan purnama kedua di akhir bulan. Tidak ada hubungan antara tanggal dan perubahan warna bulan menjadi kebiruan sehingga warnanya akan terlihat sama seperti purnama pada umumnya, kecuali dengan adanya faktor lain yang bisa menyebabkan bulan terlihat kebiruan.

Super moon adalah sebutan bulan purnama saat berada sangat dekat dengan bumi. Apakah terlihat super besar? Bulan hanya terlihat lebih besar sekitar 7% sehingga bagi yang tidak sering mengamati bulan akan melihat ukurannya yang tidak jauh berbeda dari biasanya. Namun saat posisinya mendekati horizon, bulan dapat terlihat besar.

Gerhana bulan terjadi saat posisi matahari – bumi – bulan sejajar dan cahaya
matahari ke bulan terhalang oleh bumi. Gerhana bulan tak selalu ada di setiap bulan karena kemiringan 50 orbit bulan mengelilingi bumi terhadap orbit bumi. Gerhana bulan 31 Januari 2018 akan terjadi mulai pukul 17:51:15  WIB hingga 23:08:27 WIB dan fase totalnya mulai pukul 19:51:47 WIB hingga 21:07:51 WIB.

Sebagai muslim, momen ini sebaiknya dimanfaatkan untuk mengamalkan ajaran Rasulullah SAW terkait gerhana. Dari Aisyah r.a. bahwa Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya Matahari dan Bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Terjadinya gerhana Matahari atau Bulan itu bukanlah disebabkan adanya hidup atau matinya seseorang. Maka jikalau kamu melihatnya, berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, bersedekahlah serta bershalatlah.” (HR Bukhari Muslim).

Simulasi penampakan gerhana bulan total 31 Januari 2018 dari software Stellarium
Mengenal Allah, nama-nama dan sifat-sifatNya adalah jalan meraih kemuliaan dan
kebaikan dunia dan akhirat. Fenomena gerhana bulan kali ini dapat menjadi momen kita mengenal Allah dengan mentadabburi ayat qauliyah dan ayat kauniyah. Untuk membantu kita merenungi ayat qauliyah, kita dapat membaca kitab tafsir dan asbabun nuzul mengenai suatu ayat.
Salah satu yang dapat kita renungkan adalah asmaul husna dalam ayat tersebut. Misalnya untuk fenomena gerhana bulan, kita dapat mencari ayat yang menjelaskan tentang bulan yang juga mengandung asmaul husna, yaitu: Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS az-Zumar: 5).

Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. (QS al-An’am: 96). Ada 3 asmaul husna yang disebutkan di 2 ayat tersebut, yaitu Al-‘Aziz (Maha Perkasa), Al-Ghaffar (Maha Pengampun), dan Al-‘Alim (Maha Mengetahui).

Abdurrazaq bin Abdul Muhsin dalam kitab Fikih Asmaul Husna menjelaskan bahwa makna Al-‘Aziz adalah Dzat yang bagi-Nya seluruh makna-makna kekuasaan. Diantara buah keimanan dari memahami makna Al’-Aziz secara mendalam adalah kerendahan hamba yang ditunjukkannya kepada Allah SWT semata. Ia tidak merasa sombong karena semua nikmat adalah dariNya, tidak bersandar kecuali padaNya, dan memohon padaNya agar dijauhkan dari kemungkaran. Al-‘Aziz disebutkan 2 kali dalam ayat mengenai bulan. Ini menandakan adanya hal penting yang benar-benar harus kita renungkan mengenai nama ini yang berhubungan dengan penciptaan dan peredaran bulan.

Al-Ghaffar memiliki makna bahwa Allah senantiasa memberi ampunan dan
menghapus dosa hambaNya. Diantara kesempurnaan ampunan Allah SWT adalah meskipun seorang hamba sudah sangat melampaui batas, lalu dia kembali kepada Allah dan bertaubat, maka Allah SWT ampuni segala kesalahannya. Allah SWT juga senantiasa menghapus dosa hambaNya saat hambaNya sabar menghadapi musibah, melakukan amal shaleh, menolong sesama makhluk, dsb. Merenungkan asmaul husna yang satu ini dapat melahirkan konsistensi dalam istigfar dan kesungguhan dalam berbuat kebaikan.

Al-‘Alim adalah asmaul husna yang paling banyak disebutkan dalam Al-Qur’an. Al‘Alim memiliki makna bahwa ilmu-Nya yang sempurna meliputi segala sesuatu. Mengimani asmaul husna yang satu ini dapat melahirkan pribadi yang luar biasa. Kemauan untuk terus belajar menjadi hamba yang lebih baik, hanya berharap petunjuk dariNya dan berjalan sesuai dengan petunjuk itu, hingga melahirkan taqwa yang sesungguhnya.

Inilah yang bisa menjadi bahan tadabbur kita. Apa hikmah ketiga asmaul husna
tersebut Allah pilih saat menjelaskan bulan dalam al-Qur’an? Apa hubungan dan hikmahnya dengan fenomena kali ini? Bagaimana hikmah tersebut menambah keimanan kita? Ibnul Qoyyim dalam Miftah Daar as-Sa’adah berkata bahwa tidak ada yang lebih besar manfaatnya bagi hati dari pada membaca Al-Qur’an dengan mentadabburi dan merenungkannya karena bisa melahirkan perbuatan yang menghidupkan hati, menambah keimanan dan merasakan manisnya al-Qur’an. Selamat bertadabbur ya saudaraku 

11:54 AM | 0 comments | Read More

Gus Mus dan Penghargaan Yap Thiam Hien

Written By lungbisar.blogspot.com on Thursday, January 25, 2018 | 12:57 PM


Penghargaan Yap Thiam Hien untuk tahun 2017 jatuh ketangan KH Ahmad Mustofa Bisri atau akrab disapa Gus Mus. Pengasuh pondok pesantren Raudlatut Tholibin, Rembang, ini dinilai memiliki perhatian yang besar terhadap perjuangan dan tegaknya nilai-nilai hak asasi manusia.  

Gus Mus terpilih sebagai penerima penghargaan ini setelah melalui proses panjang, dimulai dari  penentuan peraih anugerah dengan mengumpulkan kandidat yang dihimpun dari jaringan/komunitas dan masyarakat luas sejak Mei 2017.

Setelah itu dilanjutkan dengan penilaian oleh lima orang juri yang terdiri dari Makarim Wibisono (diplomat senior), Siti Musdah Mulia (Ketua Umum ICRP), Yoseph Stanley Adi Prasetyo (Ketua Dewan Pers), Zumrotin K Susilo (aktivis perempuan dan anak), serta Todung Mulya Lubis sebagai Ketua Yayasan Yap Thiam Hien

Gus Mus dipilih dengan mempertimbangkan konteks politik Indonesia masa kini yang kerap menjadikan agama sebagai alat politik untuk meraih kekuasaan, dan Kiyai yang juga penyair ini merupakan ulama pertama yang menerima penghargaan Yap Thiam Hien.

Penghargaan tersebut diserahkan dalam acara malam penganugerahan Yap Thiam Hien Award 2017 di Aula Perpustakaan Nasional, Jakarta Pusat, Rabu (24/1/2018).

Menurut Ketua Yayasan Yap Thiam Hien Award, Todung Mulya Lubis, Gus Mus memang tidak dikenal sebagai aktivis hak asasi manusia seperti Yap Thiam Hien atau Munir Said Thalib, beliau lebih dikenal sebagai tokoh Nadhatul Ulama (NU), kiai, pimpinan pondok pesantren, dan budayawan.

Menurut penilaian Dewan Juri, Gus Mus telah banyak berkontribusi untuk merawat keberagaman di Indonesia. Perjuangan Gus Mus memang tidak ia perlihatkan melalui demonstrasi atau aksi-aksi lainnnya, tetapi  menorehkan pemikiran dan gagasannya soal keberagaman lewat tulisan serta tutur kata yang ia sampaikan ke seluruh santrinya.
12:57 PM | 0 comments | Read More

Selamat Jalan Darmanto

Written By lungbisar.blogspot.com on Saturday, January 13, 2018 | 9:59 PM

Dunia sastera kita kembali berduka, penyair kenamaan tanah air, Darmanto Jatman meninggal dunia di RS dr Kariadi Semarang. Tokoh senior di bidang sastra yang juga guru besar emiritus di Undip tersebut wafat di usia 75 tahun.

Soedarmanto, lebih dikenal sebagai Darmanto Jatman atau juga sering menyingkat namanya menjadi Darmanto Jt lahir di Jakarta pada 16 Agustus 1942, namun sejak kecil bersama keluarga besarnya tinggal di Yogyakarta.

Sebagai penyair namanya mulai diperhitungkan sejak akhir dekade 60-an. Pada dekade 70-an, karya-karyanya banyak menginspirasi penyair-penyair muda kala itu dalam penciptaan karya dengan 'gaya ucap' yang khas Darmanto. Selain itu dia juga menulis karya-karya buku dan esai tentang kebudayaan. 

Selain aktif di dunia sastra, Darmanto juga mengajar di Undip, Semarang. Dia adalah guru besar emeritus pada Fakultas Psikologi Undip.
9:59 PM | 0 comments | Read More

Membakar Istana

Written By lungbisar.blogspot.com on Tuesday, January 9, 2018 | 2:29 PM

“Tersentak aku Lung,” kata Ngah Sompot memulai perbincangan.
“Apa pasal, Tanya Lung Bisar sambil memegang tangkai cangkir kopinya.
“Istana Siak mau dibakar orang,” jawab Ngah Sompot lagi,
“Ai mak, siapakah Gerang pelakunya ?” Tanya Lung Bisar dalam bahasa Indonesia yang bercampur aduk dengan logat Melayunya, hening sejenak, semua yang berada disekitar itu menoleh kepada dua konco blangkin yang sedang berbual itu.
Kemudian berkembanglah bual diseputar kejadian tersebut, ada yang menduga pelakunya adalah orang GILA, sebab jika WARAS dia tak mungkin melakukannya, sebab Istana Asherayah Al Hasyimiyah, merupakan bangunan sejarah yang menjulangkan nama besar Puak Melayu, dia memiliki tempat tersendiri dihati masyarakat tersebab istana itu menjadi saksi sejarah akan kejayaan Islam dan Melayu dimasa lampau.
“Mencederai istana tersebut, samalah artinya menyakiti hati masyarakat Riau,” kata Lung Bisar disela-sela sedotan tembakaunya.

“Betul Lung,” sahut yang lainnya kemudian bual dilanjutkan lagi, terdengar selentingan kabar bahwa ada yang mengaitkan peristiwa ini dengan pemilukada yang akan berlangsung tidak lama lagi, dimana salah satu calonnya adalah Syamsuar yang saat ini menjabat sebagai Bupati Siak. Helat besar Pemilihan Gubernur ini membuat banyak orang menjadi terjangkit demam Politik,  segala sesuatunya selalu dikait-kaitkan dengan politik. Sehingga begitu ada bahan langsung dipolitisir menjadi isu yang meresahkan.

“Oh tak bisa, itu tak bisa dibiarkan,” tukas Ngah Sompot, “kita berharap agar pihak berwajib, segera mengungkap dan menangkap pelakunya, inilah saatnya Polisi menunjukkan taringnya  sebelum peristiwa ini digoreng kian kemari menjadi isu liar yang meresahkan, kata Ngah Sompot lagi, dan kemudian ditimpal oleh Lung Bisar dengan kalimat penutup “Jangan karena marah sama Syamsuar, Istana yang dibakar.”
2:29 PM | 0 comments | Read More

Dari Rohil Untuk Riau

Written By lungbisar.blogspot.com on Monday, January 8, 2018 | 4:07 PM

Kenduri Demokrasi berupa pemilihan Gubernur Riau ditahun 2018 ini, menjadi sesuatu yang menarik untuk dicermati, Khusunya bagi masyarakat Rokan Hilir yang putera-putera terbaiknya ikut ambil bagian dalam kontestasi tersebut.

Gubernur Riau, Andi Rachman sebagai calon incumbent menggandeng Suyatno, yang saat ini menjabat sebagai Bupati Rokan Hilir. Keduanya didukung oleh Partai Golkar dan PDI Perjuangan.
Suyatno, meskipun bukan anak jati Rokan Hilir, namun yang bersangkutan sudah lama mengabdi dinegeri Seribu Kubah itu, karirnya sebagai ASN mulai dari Lurah sampai menjadi seorang Bupati.

Selanjutnya Koalisi Riau bersatu yang dihimpuin bersama Partai Amanat Nasional , Nasdem dan PKS, mengajukan Syamsuar  berpasangan dengan Edy Natar sebagai Calon Gubernur. Syamsuar yang saat ini menjabat sebagai Bupati Siak itu juga merupakan Putra Rokan Hilir yang lahir di Jumrah pada tahun 1954 Silam. Beliau juga menyelesaikan pendidikan Dasarnya di Jumrah dan Sekolah Menengah Pertamanya di Bagansiapi-api.

Selain Syamsuar dan Suyatno, ada pula Rusli Effendi, Pria kelahiran Pasir Limau Kapas ini diajukan sebagai Calon Wakil Gubernur, mendampingi Firdaus yang diusung oleh Partai Demokrat dan PPP.
Bagi masyarakat Rokan Hilir, munculnya nama Suyatno, Syamsuar dan Rusli Effendi, merupakan kebanggan tersendiri, karena kabupaten ini berhasil menghadirkan tokoh-tokoh yang mumpuni untuk diwakafkan memimpin Riau.

Disisi lain, kehadiran ketiga tokoh ini juga akan bertakibat  suara pemilih menjadi terbelah, Pemilih di Rokan Hilir jumlahnya dibawah Kota Pekanbaru dan Kampar, dengan rincian Pekanbaru, sebanyak 587.479 orang, disusul Kampar pada urutan kedua sejumlah  517.950 kemudian Rokan Hilir dengan jumlah pemilihnya sebanyak  420.884 orang.

Karena jumlah pemilihnya yang sedikit  dan menjadi rebutan bagi banyak pihak, bisa jadi Rokan Hilir dianggap bukan sebagai penentu dalam perolehan suara, namun sungguhpun demikian daerah ini akan menjadi pusat perhatian dan medan pertarungan yang berat bagi pasangan calon.


Semoga saja perebutan dan pertarungan tersebut tidak menimbulkan perpecahan diakar rumput, tidak menimbulkan masalah baru yang menimpa masyarakat Rohil yang ditahun-tahun terakhir ini dilanda krisis anggaran. Kita berharap rakyat semakin sadar dan dewasa dalam menentukan pilihannya. Sadar sepenuhnya bahwa Pemilukada ini merupakan pesta demokrasi yang menjunjung tinggi sportifitas dan merupakan jelmaan dari kedaulatan rakyat, bukan pesta yang menghamburkan uang untuk membli suara rakyat. 
4:07 PM | 0 comments | Read More

Rakyat Riau, Jangan Salah Pilih

Written By lungbisar.blogspot.com on Sunday, January 7, 2018 | 10:04 PM

Saat menyampaikan orasi politik pada deklarasi koalisi Riau Bersatu (PAN, NASDEM, dan PKS) mantan ketua MPR itu menyatakan jatuh hati kepada pasangan Syamsuar-Edy Natar Nasution.
Amien Rais mengajak massa yang menghadiri deklarasi di Lapangan Bukit, Pekanbaru, agar jangan salah pilih calon pemimpin karena pilihan itu akan dipertungjawabkan di akhirat.
Amin juga menyebut bahwa Syamsuar sebagai Bupati Siak yang sarat prestasi, dan kehebatan Brigjen TNI Edy Natar Nasution sebagai Komandan Resort Militer (Danrem) 031 Wira Bima.
Meski pasangan tersebut diusung koalisi beberapa partai, namun Amien yakin Syamsuar dan Edy akan lebih mengutamakan nasib rakyat, bukan partai pengusungnya.
"Kalau masih mikirkan partai juga, akan saya jewer kupingnya," katanya.
Oleh karena itu, ia meminta agar masyarakat Riau untuk memilih pemimpin yang mau  menempatkan kepentingan rakyat banyak diatas kepentingan golongannya. Sosok itu dinilai ada pada Syamsuar dan Edy Natar Nasution.

"Mereka adalah bapak dari masyarakat Riau. Saya yakin, beliau tidak akan pilih golongannya. Jadi, warga meski dari partai lain, jangan ragu untuk coblos mereka," kata Amien Rais.
Kombinasi birokrat-militer dinilainya menjadi perpaduan yang tepat untuk memajukan Riau. Apalagi, ia melihat bahwa daerah-daerah dengan sumber daya alam yang melimpah, banyak merugi karena hasil alamnya banyak dibawa ke luar negeri.
Apalagi, sosok Edy Nasution dengan latar belakang militernya diyakini akan lebih mementingkan kesejahteraan rakyat dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Kalau ada tauke-tauke datang dari luar negeri biar ditendang sama sepatu Pak Edy ini," demikian Amien Rais. (lb)
10:04 PM | 0 comments | Read More

Politik Santun Puak Melayu

“Usah kito berpolimik, tujuan kito berpolitik untuk memperpanjang silaturahmi. Jangan sampai gegara politik kite terpecah belah. Kepada pendukung, sayo imbau untuk berlapang dada.”

Demikianlah ungkapan Syamsuar , saat menanggapi bertele-telenya masalah izin deklarasi di Purna MTQ, di satu sisi Sekdaprov Riau ketika mereka temui membolehkan deklarasi di sana namun OPD pengelola Purna MTQ tidak membolehkannya

Atas himbauan calon Gubernur Riau yang juga Bupati Siak itu, akhirnya
DPW PAN Riau memutuskan deklarasi pasangan Syamsuar-Edy Natar, dilaksanakan di Lapangan Bukit, Senapelan, Pekanbaru. Masalah waktu, setelah habis Zuhur atau pukul 14.00 WIB.

“Kita tak mau berpolemik terkait tempat deklarasi ini, memang semula di purna MTQ tapi kita pindahkan saja ke Lapangan Bukit,” kata Sekretaris DPW PAN Riau, T Zulmizan Assegaf, Jumat (5/1/2018) di Rumah PAN, Jalan Arifin Achmad.
Terkait pindahnya tempat deklarasi, Syamsuar tak merunsingkannya. Kata dia, kalau tidak dibolehkan di MTQ dicari tempat yang dibolehkan.

Sesuai rencana, prosesi deklarasi dimulai dari Masjid Raya Senapelan. Syamsuar-Edy Natar- bersama pengurus dan simpatisan partai pengusung, PAN, NasDem, dan PKS, terlebih dahulu Salat berjemaah di Masjid peninggalan Sultan Siak itu, kemudian dilanjutkan dengan  melakukan ziarah ke makam Sultan, setelah itu Syamsuar dan Edy Natar diarak kelapangan Bukit dengan iringan pemain kompang.

7:39 PM | 0 comments | Read More