Disusun oleh: Utih Amartiwi Rahman, S.Si
(Alumni Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Club Astronomi Santri Assalaam (CASA))
Di penghujung bulan Januari 2018, Indonesia dapat menyaksikan sebuah fenomena
unik, yaitu gerhana bulan yang bersamaan dengan blue moon dan super moon. Gerhana istimewa ini terjadi pada hari Rabu, 31 Januari 2018 dengan durasi fase total 1 jam 16 menit 4 detik. Diperkirakan fenomena unik ini akan terjadi lagi sekitar tahun 2037.
Blue moon atau bulan biru adalah istilah purnama kedua di kalender masehi. Seperti
yang kita ketahui, purnama pertama di bulan ini adalah tanggal 2 Januari 2018. Sehingga, tanggal 31 Januari 2018 nanti adalah purnama kedua. Hal ini dapat terjadi karena perbedaan jumlah hari dalam 1 bulan di kalender masehi (rata-rata 30-31 hari) dan lama rotasi bulan (29,5 hari). Sehingga, dapat menyebabkan adanya 1 bulan di kalender masehi yang terdapat purnama pertama di awal bulan dan purnama kedua di akhir bulan. Tidak ada hubungan antara tanggal dan perubahan warna bulan menjadi kebiruan sehingga warnanya akan terlihat sama seperti purnama pada umumnya, kecuali dengan adanya faktor lain yang bisa menyebabkan bulan terlihat kebiruan.
Super moon adalah sebutan bulan purnama saat berada sangat dekat dengan bumi. Apakah terlihat super besar? Bulan hanya terlihat lebih besar sekitar 7% sehingga bagi yang tidak sering mengamati bulan akan melihat ukurannya yang tidak jauh berbeda dari biasanya. Namun saat posisinya mendekati horizon, bulan dapat terlihat besar.
Gerhana bulan terjadi saat posisi matahari – bumi – bulan sejajar dan cahaya
matahari ke bulan terhalang oleh bumi. Gerhana bulan tak selalu ada di setiap bulan karena kemiringan 50 orbit bulan mengelilingi bumi terhadap orbit bumi. Gerhana bulan 31 Januari 2018 akan terjadi mulai pukul 17:51:15 WIB hingga 23:08:27 WIB dan fase totalnya mulai pukul 19:51:47 WIB hingga 21:07:51 WIB.
Sebagai muslim, momen ini sebaiknya dimanfaatkan untuk mengamalkan ajaran Rasulullah SAW terkait gerhana. Dari Aisyah r.a. bahwa Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya Matahari dan Bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Terjadinya gerhana Matahari atau Bulan itu bukanlah disebabkan adanya hidup atau matinya seseorang. Maka jikalau kamu melihatnya, berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, bersedekahlah serta bershalatlah.” (HR Bukhari Muslim).
Simulasi penampakan gerhana bulan total 31 Januari 2018 dari software Stellarium
Mengenal Allah, nama-nama dan sifat-sifatNya adalah jalan meraih kemuliaan dan
kebaikan dunia dan akhirat. Fenomena gerhana bulan kali ini dapat menjadi momen kita mengenal Allah dengan mentadabburi ayat qauliyah dan ayat kauniyah. Untuk membantu kita merenungi ayat qauliyah, kita dapat membaca kitab tafsir dan asbabun nuzul mengenai suatu ayat.
Salah satu yang dapat kita renungkan adalah asmaul husna dalam ayat tersebut. Misalnya untuk fenomena gerhana bulan, kita dapat mencari ayat yang menjelaskan tentang bulan yang juga mengandung asmaul husna, yaitu: Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS az-Zumar: 5).
Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. (QS al-An’am: 96). Ada 3 asmaul husna yang disebutkan di 2 ayat tersebut, yaitu Al-‘Aziz (Maha Perkasa), Al-Ghaffar (Maha Pengampun), dan Al-‘Alim (Maha Mengetahui).
Abdurrazaq bin Abdul Muhsin dalam kitab Fikih Asmaul Husna menjelaskan bahwa makna Al-‘Aziz adalah Dzat yang bagi-Nya seluruh makna-makna kekuasaan. Diantara buah keimanan dari memahami makna Al’-Aziz secara mendalam adalah kerendahan hamba yang ditunjukkannya kepada Allah SWT semata. Ia tidak merasa sombong karena semua nikmat adalah dariNya, tidak bersandar kecuali padaNya, dan memohon padaNya agar dijauhkan dari kemungkaran. Al-‘Aziz disebutkan 2 kali dalam ayat mengenai bulan. Ini menandakan adanya hal penting yang benar-benar harus kita renungkan mengenai nama ini yang berhubungan dengan penciptaan dan peredaran bulan.
Al-Ghaffar memiliki makna bahwa Allah senantiasa memberi ampunan dan
menghapus dosa hambaNya. Diantara kesempurnaan ampunan Allah SWT adalah meskipun seorang hamba sudah sangat melampaui batas, lalu dia kembali kepada Allah dan bertaubat, maka Allah SWT ampuni segala kesalahannya. Allah SWT juga senantiasa menghapus dosa hambaNya saat hambaNya sabar menghadapi musibah, melakukan amal shaleh, menolong sesama makhluk, dsb. Merenungkan asmaul husna yang satu ini dapat melahirkan konsistensi dalam istigfar dan kesungguhan dalam berbuat kebaikan.
Al-‘Alim adalah asmaul husna yang paling banyak disebutkan dalam Al-Qur’an. Al‘Alim memiliki makna bahwa ilmu-Nya yang sempurna meliputi segala sesuatu. Mengimani asmaul husna yang satu ini dapat melahirkan pribadi yang luar biasa. Kemauan untuk terus belajar menjadi hamba yang lebih baik, hanya berharap petunjuk dariNya dan berjalan sesuai dengan petunjuk itu, hingga melahirkan taqwa yang sesungguhnya.
Inilah yang bisa menjadi bahan tadabbur kita. Apa hikmah ketiga asmaul husna
tersebut Allah pilih saat menjelaskan bulan dalam al-Qur’an? Apa hubungan dan hikmahnya dengan fenomena kali ini? Bagaimana hikmah tersebut menambah keimanan kita? Ibnul Qoyyim dalam Miftah Daar as-Sa’adah berkata bahwa tidak ada yang lebih besar manfaatnya bagi hati dari pada membaca Al-Qur’an dengan mentadabburi dan merenungkannya karena bisa melahirkan perbuatan yang menghidupkan hati, menambah keimanan dan merasakan manisnya al-Qur’an. Selamat bertadabbur ya saudaraku
(Alumni Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Club Astronomi Santri Assalaam (CASA))
Di penghujung bulan Januari 2018, Indonesia dapat menyaksikan sebuah fenomena
unik, yaitu gerhana bulan yang bersamaan dengan blue moon dan super moon. Gerhana istimewa ini terjadi pada hari Rabu, 31 Januari 2018 dengan durasi fase total 1 jam 16 menit 4 detik. Diperkirakan fenomena unik ini akan terjadi lagi sekitar tahun 2037.
Blue moon atau bulan biru adalah istilah purnama kedua di kalender masehi. Seperti
yang kita ketahui, purnama pertama di bulan ini adalah tanggal 2 Januari 2018. Sehingga, tanggal 31 Januari 2018 nanti adalah purnama kedua. Hal ini dapat terjadi karena perbedaan jumlah hari dalam 1 bulan di kalender masehi (rata-rata 30-31 hari) dan lama rotasi bulan (29,5 hari). Sehingga, dapat menyebabkan adanya 1 bulan di kalender masehi yang terdapat purnama pertama di awal bulan dan purnama kedua di akhir bulan. Tidak ada hubungan antara tanggal dan perubahan warna bulan menjadi kebiruan sehingga warnanya akan terlihat sama seperti purnama pada umumnya, kecuali dengan adanya faktor lain yang bisa menyebabkan bulan terlihat kebiruan.
Super moon adalah sebutan bulan purnama saat berada sangat dekat dengan bumi. Apakah terlihat super besar? Bulan hanya terlihat lebih besar sekitar 7% sehingga bagi yang tidak sering mengamati bulan akan melihat ukurannya yang tidak jauh berbeda dari biasanya. Namun saat posisinya mendekati horizon, bulan dapat terlihat besar.
Gerhana bulan terjadi saat posisi matahari – bumi – bulan sejajar dan cahaya
matahari ke bulan terhalang oleh bumi. Gerhana bulan tak selalu ada di setiap bulan karena kemiringan 50 orbit bulan mengelilingi bumi terhadap orbit bumi. Gerhana bulan 31 Januari 2018 akan terjadi mulai pukul 17:51:15 WIB hingga 23:08:27 WIB dan fase totalnya mulai pukul 19:51:47 WIB hingga 21:07:51 WIB.
Sebagai muslim, momen ini sebaiknya dimanfaatkan untuk mengamalkan ajaran Rasulullah SAW terkait gerhana. Dari Aisyah r.a. bahwa Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya Matahari dan Bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Terjadinya gerhana Matahari atau Bulan itu bukanlah disebabkan adanya hidup atau matinya seseorang. Maka jikalau kamu melihatnya, berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, bersedekahlah serta bershalatlah.” (HR Bukhari Muslim).
Simulasi penampakan gerhana bulan total 31 Januari 2018 dari software Stellarium
Mengenal Allah, nama-nama dan sifat-sifatNya adalah jalan meraih kemuliaan dan
kebaikan dunia dan akhirat. Fenomena gerhana bulan kali ini dapat menjadi momen kita mengenal Allah dengan mentadabburi ayat qauliyah dan ayat kauniyah. Untuk membantu kita merenungi ayat qauliyah, kita dapat membaca kitab tafsir dan asbabun nuzul mengenai suatu ayat.
Salah satu yang dapat kita renungkan adalah asmaul husna dalam ayat tersebut. Misalnya untuk fenomena gerhana bulan, kita dapat mencari ayat yang menjelaskan tentang bulan yang juga mengandung asmaul husna, yaitu: Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS az-Zumar: 5).
Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. (QS al-An’am: 96). Ada 3 asmaul husna yang disebutkan di 2 ayat tersebut, yaitu Al-‘Aziz (Maha Perkasa), Al-Ghaffar (Maha Pengampun), dan Al-‘Alim (Maha Mengetahui).
Abdurrazaq bin Abdul Muhsin dalam kitab Fikih Asmaul Husna menjelaskan bahwa makna Al-‘Aziz adalah Dzat yang bagi-Nya seluruh makna-makna kekuasaan. Diantara buah keimanan dari memahami makna Al’-Aziz secara mendalam adalah kerendahan hamba yang ditunjukkannya kepada Allah SWT semata. Ia tidak merasa sombong karena semua nikmat adalah dariNya, tidak bersandar kecuali padaNya, dan memohon padaNya agar dijauhkan dari kemungkaran. Al-‘Aziz disebutkan 2 kali dalam ayat mengenai bulan. Ini menandakan adanya hal penting yang benar-benar harus kita renungkan mengenai nama ini yang berhubungan dengan penciptaan dan peredaran bulan.
Al-Ghaffar memiliki makna bahwa Allah senantiasa memberi ampunan dan
menghapus dosa hambaNya. Diantara kesempurnaan ampunan Allah SWT adalah meskipun seorang hamba sudah sangat melampaui batas, lalu dia kembali kepada Allah dan bertaubat, maka Allah SWT ampuni segala kesalahannya. Allah SWT juga senantiasa menghapus dosa hambaNya saat hambaNya sabar menghadapi musibah, melakukan amal shaleh, menolong sesama makhluk, dsb. Merenungkan asmaul husna yang satu ini dapat melahirkan konsistensi dalam istigfar dan kesungguhan dalam berbuat kebaikan.
Al-‘Alim adalah asmaul husna yang paling banyak disebutkan dalam Al-Qur’an. Al‘Alim memiliki makna bahwa ilmu-Nya yang sempurna meliputi segala sesuatu. Mengimani asmaul husna yang satu ini dapat melahirkan pribadi yang luar biasa. Kemauan untuk terus belajar menjadi hamba yang lebih baik, hanya berharap petunjuk dariNya dan berjalan sesuai dengan petunjuk itu, hingga melahirkan taqwa yang sesungguhnya.
Inilah yang bisa menjadi bahan tadabbur kita. Apa hikmah ketiga asmaul husna
tersebut Allah pilih saat menjelaskan bulan dalam al-Qur’an? Apa hubungan dan hikmahnya dengan fenomena kali ini? Bagaimana hikmah tersebut menambah keimanan kita? Ibnul Qoyyim dalam Miftah Daar as-Sa’adah berkata bahwa tidak ada yang lebih besar manfaatnya bagi hati dari pada membaca Al-Qur’an dengan mentadabburi dan merenungkannya karena bisa melahirkan perbuatan yang menghidupkan hati, menambah keimanan dan merasakan manisnya al-Qur’an. Selamat bertadabbur ya saudaraku
11:54 AM | 0
comments | Read More