Motto :

Membaca sebanyak mungkin, Menulis seperlunya

Pelajaran Buat Fachri

Written By lungbisar.blogspot.com on Tuesday, February 28, 2017 | 12:22 PM

Pemerintah dinilai tidak serius dalam menangani serbuan tenaga kerja asing asal China yang masuk ke Indonesia. Padahal kehadiran mereka telah mengambil porsi lapangan pekerjaan yang seharusnya diperuntukan bagi tenaga kerja lokal.
Serbuan tenaga kerja asing, terutama yang datang dari China ini memang sudah menjadi buah bibir, jumlahnya meningkat dari tahun ketahun, dan yang lebih tidak masuk akalnya lagi, ada sebagian mereka datang dengan visa kunjungan wisata dan tidak memiliki ijin kerja dinegeri ini.
Kerisauan atas masuknya tenaga kerja asing asal China inilah yang mendorong seorang Fachri Hamzah, menulis cuitan diakun twiternya yang berbunyi "Anak bangsa mengemis menjadi babu di negeri orang dan pekerja asing merajalela."
Saat menuliskan cuitannya, sang wakil ketua DPR RI itu mungkin sedang berteriak lantang kepada Pemerintah agar berpikir mengenai persoalan tenaga kerja asing yang menyerbu Indonesia. Namun karena dia kurang cermat memilih kata, maka akhirnya berbalik menjadi bumerang.
Adalah seorang M Hanif Dhakiri yang merespon dalam akun Twiternya "Saya anak babu, ibu saya bekerja menjadi TKI secara terhormat, tidak mengemis, tidak sakiti orang, tidak curi uang rakyat. Saya bangga pada ibu #MaafkanFahriBu,"
Istilah BABU dan MENGEMIS itu, membuat M Hanif Dhakiri merasa dilecehkan, karena sekedar untuk diketahui Hanif yang kini menjabat sebagai Menteri Tenaga Kerja pernah ditinggal ibunya menjadi TKI selama 6 tahun.
Tidak hanya Hanif yang merasa keberatan, 55 Organisasi Buruh Migran Indonesia di Hong Kong yang tergabung dalam Lingkaran Aku Cinta Indonesia (LACI), mempersoalkan ungkapan Fachri tersebut. Ketua LACI Nur Halimah mengatakan cuitan Fahri tersebut merendahkan martabat pekerja Indonesia di luar negeri.
"Tahukah Bapak bahwa kami ini pekerja bukan babu. Kami mempunyai harkat dan martabat. Kami melakukan pekerjaan yang halal dengan setiap tetesan keringat kami, bukan hasil korupsi apalagi hasil mengemis! Perjuangan yang kami lakukan di sini telah memberikan penghidupan yang lebih layak bagi keluarga kami di kampung halaman, serta memberikan anak kami pendidikan dan jaminan kesehatan yang lebih baik," kata  Halimah melalui keterangan tertulis yang dimuat oleh detikcom, Selasa (24/1).
Kekurangcermatan Fachri dalam memilih kata ini  telah membuat kegaduhan tersendiri, maksud hati mungkin ingin menggugah hati banyak orang untuk bangkit memikirkan nasib tenaga kerja lokal, tapi karena diungkapkan dengan kata yang tidak tepat akhirnya menuai protes dari berbagai pihak.
Persoalannya kini bukan lagi masalah lapangan kerja yang diserobot oleh tenaga kerja asing, tapi beralih menjadi penistaan dengan istilah Babu dan Pengemis.

Barangkali inilah pelajaran berharga buat Fachri, bahwa sebuah gagasan yang baik juga harus diungkapkan dengan kata – kata yang baik 

0 comments: