Motto :

Membaca sebanyak mungkin, Menulis seperlunya
Powered by Blogger.

Visitors

Powered By Blogger

Featured Posts

Like us

ads1

Kesetanan

Written By lungbisar.blogspot.com on Thursday, August 1, 2013 | 4:54 AM

“Sebaiknya Wiranto merenungkan kembali idenya itu, masih banyak pola dan cara lain  yang bisa dicontoh tanpa harus meniru cara-cara Setan yang sombong, angkuh dan terkutuk.”

Ketua Partai Hanura Jenderal (Purn) Wiranto nampaknya begitu tertarik dengan cara kerja Setan dalam mencapai tujuannya. Dia mengajak kader partainya untuk meniru sikap SETAN  yang dikenal Gigih, konsisten , tidak menuntut imbalan dan mau bekerja keras dalam mencapai tujuannya.
Setan memang dikenal amat gigih dalam menjalankan tugasnya sebagai makhluk penggoda, tidak kenal kata menyerah, kreatif, konsisten, solider dan kompak dengan sesama, tidak menuntut imbalan, genius serta bekerja keras sepanjang waktu.
Setan bekerja selama 24 jam Non stop, dari Subuh hingga masuk waktu Subuh berikutnya, menempuh berbagai cara untuk mencapai tujuannya. Setan tidak pernah bentrok dengan sesama Setan lainnya dalam menjalankan misinya, kompak dan terorganisir secara rapi, yang penting tujuannya tercapai, yakni membujuk manusia untuk ingkar terhadap Tuhan.
Jika ada kelompok manusia yang mampu mencontoh cara kerja Setan ini, barangkali kelompok ini seketika akan sukses meraih tujuannya, dan oleh karena itulah kiranya Calon Presiden dari Partai Hanura ini menghimbau para kadernya untuk bekerja dengan cara kesetanan.
Tapi, barangkali Wiranto lupa, bahwa Setan adalah makhluk angkuh dan licik makhluk. Karena angkuhnyalah dia menolak untuk sujud kepada Adam, meskipun karena sikapnya itu SETAN dilaknat Allah, terusir dari syurga dan menjadi makhluk terkutuk.
Setan memang tidak pernah menuntut imbalan terhadap Setan yang memerintahnya, tetapi loyalitas Setan terhadap manusia bukan sesuatu yang diberikan secara cuma-cuma, dia akan bergerak lebih jauh lagi yakni dengan memperdaya manusia agar terjerumus kejalan yang salah.
Jika anjuran Wiranto ini benar-benar diikuti oleh kadernya, maka bukan tidak mungkin Setan akan memanfaatkannya dengan cara merasuki kader partai Hanura untuk mengikuti tata cara dan pola kerja Setan, lengkap dengan tujuannya. Jadilah kader-kader partai ini  seperti kesetanan, melanggar aturan dan etika yang berlaku, tidak peduli lagi adab dan sopan santun, melakukan apa saja demi tercapainya tujan.
Tujuan SETAN itu jelas bukan hanya sekedar memenangkan Hanura dalam Pemilu dan memenangkan Wiranto dalam Pilpres, tetapi untuk menjerumuskan manusia, dan itu sudah menjadi sumpah mereka dihadapan Allah. Jika ini yang terjadi, Wiranto tentu akan menyesal, karena kader-kader partai Hanura yang kesetanan itu tidak akan berhenti hanya sebatas mengajak orang untuk memilih Hanura tetapi terus berlanjut untuk menjerumuskan para pemilih keneraka jahannam.

Justeru itulah, sebelum semuanya terlambat, mumpung masih dalam suasana Ramadlan, sebaiknya Wiranto merenungkan kembali idenya itu, masih ada waktu untuk merubah strategi dan taktis dalam berjuang, masih banyak pola dan cara lain  yang bisa dicontoh tanpa harus meniru cara-cara Setan yang sombong, angkuh dan terkutuk. Bagaimmanapun “KESETANAN” itu adalah sesuatu yang membahayakan.
4:54 AM | 0 comments | Read More

Mengusik Rasa Keadilan

Entah apalah yang ada dalam benak Priyo Budi Santoso, sehingga tergerak hatinya untuk memfasilitasi para koruptor agar mendapatkan keringanan hukum. Wakil ketua DPR yang membidani masalah Hukum itu menulis surat kepresiden yang isinya menyampaikan gugatan para koruptor terhadap PP No. 99/2012.
Menurut Ketua DPR Marzuki Alie, surat tersebut merupakan surat pribadi Priyo, tetapi ditulis dengan memakai kop surat DPR lengkap dengan nomor agendanya sekalian. Jika hanya surat pribadi seperti yang dikatakan oleh sang ketua DPR, kenapa Priyo menggunakan kop surat DPR. Apakah pengunaan kop surat resmi sebuah lembaga negara untuk sepucuk surat pribadi bisa dibenarkan, dan apakah secara administrasi hal ini tidak diatur sebagaimana mestinya sehingga tiap-tiap wakil rakyat boleh mengatasnamakan lembaga dalam berkomunikasi (surat menyurat) dengan pihak lain.
Dalam suratnya, Priyo menyebutkan bahwa pimpinan DPR menerima aduan dari para narapidana yang merasa dirugikan oleh PP No. 99/2012, khususnya pasal 34 A yang berisikan pengetatan pemberian remisi. Narapidana yang dimaksudkan Priyo tersebut tak lain adalah mantan Mendagri Hari Sabarno, Agusrin M. Najamuddin, Soetejo Yuwono, Muchtar Muhammad, Jumanto, Abdul Syukur Ganny, Haposan Hutagalung, dan Abdul Hamid, yang kini mendekam dibalik terali besi karena kasus korupsi. Dan pada alenia selanjutnya dia memohon kepada presiden untuk memberikan solusi.
Tidak dijelaskan kapan perwakilan para napi itu menghadap pimpinan DPR, dan tidak pula disebutkan siapa saja pimpinan DPR yang hadir saat menerima aduan dimaksud. Priyo tentunya sudah mahfum bahwa pimpinan DPR bersifat kolektif  kolegial.
Tindakan Priyo yang sedemikian rupa ini sedikit banyaknya mengganggu rasa keadilan, sedemikian banyak persoalan bangsa ini yang harus diselesaikan dengan cermat dan sesegera mungkin, sedemikian besarnya persoalan yang menyangkut hajat hidup orang banyak , baik masalah hukum maupun persoalan kesejahteraan masyarakat, tapi kenapa soal nasib para koruptor yang menjadi perhatian Priyo.
Andaikan Priyo ingin berjasa pada negeri ini, alangkah baiknya jika dia memilih untuk menyalurkan aspirasi dari sebagian besar rakyat Indonesia yang saat ini sedang kesulitan ekonomi akibat naiknya harga BBM yang berbuntut pada naiknya harga barang-barang kebutuhan pokok, naiknya biaya transportasi.
Sebagai wakil rakyat Priyo bisa saja mengundang pemerintah untuk bicara masalah pendidikan dan pelayanan kesehatan yang bagi sebagian besar masyarakat masih merupakan sesuatu yang mahal, atau meminta pemerintah menertibkan pemberian BLSM yang diduga tidak tepat sasaran.

Atau bisa saja dengan ksatria Priyo menyurati presiden agar segera mengatasi masalah listrik yang hidup mati  tak beraturan. Tapi sayangnya hal itu tak dilakukannya, wakil rakyat yang katanya terhormat ini lebih memilih untuk menyalurkan aspirasi para koruptor, padahal tanpa campur tangan seorang Priyo persoalan yang dikeluhkan oleh para napi itu bisa diselesaikan lewat jalur hukum, dengan cara melakukan uji material, konon cara ini sedang berlangsung di Mahkamah Agung dan oleh karenanya Priyo tak perlu bersusah payah memfasilitasinya dengan meminta presiden untuk memberikan solusi. Tindakan memfasilitasi para napi korupsi  itu sama halnya mengusik rasa keadilan rakyat.
4:50 AM | 0 comments | Read More

Konvensi

Diawal masa reformasi dulu, Partai Golkar pernah melakukan konvensi dalam menentukan calon presiden yang bakal diusung dalam pemilihan presiden, helat besar ini  memunculkan nama Wiranto sebagai capres dari Partai Golkar. Menurut hitung-hitungan diatas kertas Wiranto merupakan kandidat presiden yang kuat dan tak tergoyahkan, namun kenyataannya ketika pemilihan presiden usai dilaksanakan Partai Golkar harus menelan pil pahit karena calon presiden yang mereka usung gagal meraih dukungan rakyat.
Kini  Hal yang sama diulangi kembali oleh Partai Demokrat, partai pimpinan SBY ini sudah merencanakannya sejak jauh-jauh hari, dan hingga saat ini tahapan persiapan sudah hampir rampung, jadwal pelaksanaannya sudah ditetapkan, tinggal satu pertanyaan yang mungkin belum terjawab,  “Apakah Partai Demokrat berkeyakinan bakal mampu mengusung capres dalam pemilihan presiden 2014 mendatang ?
Pertanyaan diatas cukup menggelitik, karena syarat untuk mengajukan calon presiden menurut UU adalah partai yang mampu meraih 20 kursi  DPR atau mampu meraih 25 % suara secara nasional. Persyaratan ini mutlak dan didapat dari hasil pemilihan umum yang akan datang.
Pemilihan umum belum berlangsung, masih lama lagi, jangankan untuk menentukan hasilnya, proses kearah penyelenggaraan pemilu itu sendiri baru pada tahap awal, yakni penentuan nomor urut partai peserta pemilu dan pengajuan nama calon anggota legislatif. Sementara itu PD sudah melompat ke persoalan nama calon presiden, seolah-olah partai yang dipimpin oleh SBY ini berkeyakinan penuh bakal memperoleh suara diatas 25 % secara nasional dalam pemilu yang akan datang.
Atau sebaliknya Partai Demokrat merasa cemas akan kondisi partainya saat ini, dimana kepercayaan publik terhadap partai terus merosot dan elektabiltas partai makin melorot kebawah, maka diselenggarakanlah  konvensi pemilihan calon presiden sebagai sebuah upaya untuk meningkatkan elektabilitas partai.
Diharapkan konvensi ini nantinya bakal diiukuti oleh berbagai kalangan dan tokoh yang sudah punya nama dan dikenal luas ditengah masyarakat. Nama-nama seperti Mahfud MD, Anis Baswedan dan Jokowi diupayakan  untuk mengikuti Konvensi ini. Kehadiran mereka diyakini bakal mampu memulihkan kembali kepercayaan publik terhadap partai,  dan dengan sendirinya akan berdampak pada perolehan suara Partai dalam pemilu yang akan datang.

Sekali merengkuh dayung dua tiga pulau terlampau, begitulah kira-kira yang dimaksudkan oleh Partai yang sedang berkuasa ini, dan itu sah-sah saja, namun jika hasil konvensi ini jauh dari harapan publik bukan tidak mungkin kerja besar ini bakal menjadi batu sandungan bagi partai itu sendiri, jika itu yang terjadi, maka berlakulah seperti kata orang tua dahulu “Arang habis, besi binasa.”
4:40 AM | 0 comments | Read More