“Harga
beras naik, harga BBM naik, dan harga elpiji juga naik, satu-satunya yang turun
hanya buah Kelapa, itupun karena jatuh dari pohonnya.”
Dengan dalih untuk
meningkatkan Tranparansi dan Demokrasi, mendagri mewacanakan untuk membiayai
partai politik dari APBN sebesar Rp. 1 Triliyun. Wacana yang sama dulunya juga
sudah pernah diungkapkan oleh mantan ketua DPR Marzuki Alie.
Tidak dijelaskan
bagaimana skema bantuan untuk parpol itu, apakah nilai Rp. 1 T untuk seluruh
parpol yang ada lalu pembagiannya diatur kemudian oleh mendagri, atau tiap-tiap
parpol memperoleh bantuan senilai Rp. 1 T setiap tahunnya.
Subsidi untuk partai
politik itu penting adanya, agar kemandirian parpol bisa terjaga dan parpol
tidak terlalu liar menerima sumbangan dari pihak luar. Sumbangan dari pihak
diluar partai acap menimbulkan persoalan dikemudian hari. Tidak ada Penyumbang
yang ikhlas begitu saja melepaskan uangnya tanpa menuntut balas budi.
Sumbangan yang katanya
tidak mengikat itu sering kali membuat parpol menjadi tersandera dan tidak
mandiri, akhirnya parpol tidak lagi memikirkan kepentingan orang banyak tetapi
sebaliknya berpikir untuk kepentingan sipenyumbang.
Sebatas untuk menjaga
kemandirian parpol, wacana Mendagri tersebut masih bisa dipahami, tetapi apakah
ada jaminan bahwa parpol yang sudah menerima bantuan dari negara lewat APBN itu
tidak akan mencari sumbangan lain lagi. Sehingga taat setia parpol itu tidak
terbelah bagi kepada penyumbang tetapi sepenuhnya untuk kepentingan negara.
Bisakah parpol
membatasi dirinya, tidak menerima sumbangan dari luar ? Inilah yang sulit
dijawab, karena pada praktiknya parpol tidak bersikap terbuka dalam mengelola
dana kegiatannya, dari mana dan seberapa besar sumbangan yang mereka peroleh
tidak pernah dibuka secara transparan, akibatnya ketika patai tersebut berkuasa
dia tersandera oleh penyumbang dibelakangnya.
Partai politik yang
terlanjur menerima sumbangan dari pihak luar, diyakini betul tidak akan utuh
pengabdiannya untuk kepentingan rakyat. Keberpihakannya pada kepentingan
penyumbang akan lebih besar dari semestinya, alhasil kemandirian yang dicitakan
tidak tercapai sebaliknya malah membuat rekening elite partai semakin gendut,
karena disamping mendapat subsidi dari APBN parpol juga masih menangguk
keuntungan dari penyumbang.
Selain sumbangan dari
luar, apakah praktik cari uang lewat kadernya yang duduk dilembaga negara dan
pemerintahan dapat dihentikan. Bukan rahasia lagi, bahwa tiap-tiap kader partai
yang mendapat jabatan baik dieksekutif maupun yang diparlemen mempunyai
kewajiban tak tertulis untuk mencari sumber dana demi kepentingan partainya
masing-masing.
Bicara soal kemandirian
partai, seharusnya tidak perlu ditempuh dengan cara memberikan subsidi yang
sedemikian besar, tetapi bagaimana menumbuhkan kesadaran bagi kader dan
pimpinan partai itu sendiri untuk bisa hidup mandiri. Bagaimana mereka berpikir
agar partainya bisa berdiri diatas kakinya sendiri meskipun tanpa bantuan dari
orang lain.
Sumber dana yang
berasal dari sumbangan yang tidak mengikat seperti yang selalu tertuang dalam
masing-masing AD/ART Parpol itu benar – benar mereka terapkan, dalam artian
siapapun boleh menyumbang dan seberapapun besarnya sumbangan itu tetap tidak
memberi pengaruh pada kebijakan partai. Transaksi serah terima sumbangan dilakukan
secara terbuka, bukan sumbangan gelap dengan berbagai deal dibelakangnya.
Kemandirian parpol itu
tidak semata – mata tergantung pada besarnya dana yang dimiliki oleh sebuah
parpol, tetapi seberapa besar kemampuan elite dan kader partai itu membesarkan
partainya sehingga mampu menjadi partai yang mandiri, bisa menjalankan roda
partainya meskipun tanpa sumbangan dari pihak luar dan minus subsidi dari
negara.
Dan seharusnya mendagri
tidak perlu terlalu pusing memikirkan bagaimana Partai Politik bisa mengidupkan
dirinya, karena ada hal yang lebih penting lagi untuk diperhatikan, yakni nasib
rakyat yang masih sesak nafas menghadapi lonjakan harga kebutuhan pokok.
Harga beras naik, harga
BBM naik, dan harga elpiji juga naik, satu-satunya yang turun hanya buah
Kelapa, itupun karena jatuh dari pohonnya.
0 comments:
Post a Comment