“Kuat dugaan, keperkasaan UCU TOTIL telah mengilhami Surya Darma
Ali dalam mengendalikan Partai yang dipimpinya.”
Saya punya teman, UCU TOTIL namanya, seorang tukang sate yang menjual dagangannya
dengan gerobak dorong, satenya tidak termasuk dalam kategori kuliner
favourit tapi jualannya tetap saja laku
dan memberinya keuntungan. Sebagian besar yang membeli satenya bukan untuk
memenuhi selera makan, tapi hanya sebatas karena ingin menghentikan nyanyian
keroncong diperut.
Pagi-pagi dia pergi kepasar, membeli bahan kebutuhan pembuat
sate, dia yang menggiling cabe, merendang bawang, menggoreng kacang dan dia sendiri yang meracik bumbunya. Dia
yang mendorong gerobak jualan satenya dan dia pula yang memutuskan kemana arah
yang dituju. Dia berhenti diperempatan jalan saat ada yang memanggilnya dan dia
pula yang menentukan titik tempat mangkalnya.
Jika ada pembeli, dialah yang memanggang satenya, mengasi
kuah, membungkus dan dia sendiri yang menerima uang bayarannya. Begitulah
seterusnya sepanjang hari, rutinitas UCU TOTIL sebagai pedagang sate
dikerjakannya sendiri, tanpa bantuan orang lain, dia tidak mengenal istilah
berbagi tugas dan dia jauh dari sistem pemasaran dengan managemen yang rapi,
dia sungguh seorang lelaki perkasa yang mampu mengendalikan urusan dagang
satenya.
Kuat dugaan, keperkasaan UCU TOTIL telah mengilhami Surya
Darma Ali dalam mengendalikan Partai yang dipimpinya. Sebagai seorang ketua umum
dia sendiri yang memutuskan untuk hadir dalam kampanye akbar parpol lain, dia
pula yang memutuskan untuk berkoalisi dengan siapa yang dia kehendaki.
Dia tidak perlu bantuan pengurus lain dalam memutuskan
sesuatu yang dianggap penting bagi masa depan partai. Meskipun Pengurus dan
kader partai didaerah berkoar-koar menyatakan tidak setuju dengan kebijakan
yang dibuatnya, dia tetap melangkah dengan pasti menjalankan keputusan yang
diambilnya sendiri. Persis seperti sikap UCU TOTIL saat mendorong gerobak satenya.
Pengurus dan kader partai harus manut dengan apa yang sudah
diputuskannya, bagi yang tidak setuju dia siapkan surat pemecatan. Surat
pemecatan yang barangkali selalu ada dalam sakunya itu dia teken sendiri, bila
sekjen partai tidak berkenan menanda tanganinya masih ada wasekjen yang bisa
dibujuk dan sekjen harus siap menerima kenyataan untuk turut dipecat.
Pengurus yang dipilih oleh anggota dalam muktamar itu bisa
saja dipretelinya dengan sesuka hati, memberhentikan pengurus tidak perlu
diputuskan melalui rapat dan mufakat, cukup dia sendiri yang memutuskannya.
Singkat cerita, partai yang katanya merupakan rumah besar
ummat Islam itu benar-benar menjadi gerobak sate milik Surya Darma Ali. Gerobak
itu didorongnya kesana kemari sesuai dengan kehendaknya sendiri, tanpa harus
bermufakat dengan rekan separtainya, padahal
dia sendiri tau bahwa Islam menganjurkan ummatnya untuk bermusyawarah /
mufakat dalam mengambil keputusan.
0 comments:
Post a Comment