Dalam tahun 2014 ini rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi
dinegeri ini akan memilih wakilnya melalui pemilihan umum dan memilih seorang
putera terbaik untuk memimpin negeri ini sebagai presiden. Karena adanya dua
helat besar inilah maka sering disebut tahun 2014 ini sebagai tahun politik.
Menjelang berakhirnya tahun 2013, rakyat sudah disuguhkan oleh Calon
wakil rakyat dengan berbagai atraksi pencitraan, mulai dari Baliho yang
membentang lebar hampir menutup langit sampai kepada gambar para caleg yang
menempel dimerata tempat. Hampir tidak ada ruang yang tersisa bagi mata rakyat
untuk menoleh secara bebas tanpa melihat gambar caleg.
Photo diri dengan aneka ragam tulisan dipajang ditembok-tembok yang
mudah dilihat, ditiang-tiang listrik, dipohon-pohon peneduh pinggiran jalan,
sampai kepada kaca belakang mobil dan angkot. Meskipun tiap-tiap caleg tampil
dengan gaya berbeda, tetapi pada hakekatnya mereka ingin menyampaikan sebuah
kalimat pendek “Pilihlah Saya” .
Sepertinya para politisi kita hari ini ingin mengulang sukses gaya
politik pencitraan pada pemilu yang lalu, padahal rakyat hari ini lebih
cenderung melihat kepada apa yang telah mereka perbuat selama ini. Caleg yang
pada hari ini memajang photonya sambil tersenyum mengingatkan rakyat kepada
wakilnya yang tersenyum simpul ketika ditangkap KPK.
Tidak berubahnya pola pikir dan tata cara para caleg dalam upaya meraih
simpati rakyat membuat pemilih semakin jenuh dan menjauh. Tingkat kepercayaan
publik terhadap para elite politik juga semakin menurun, sehingga besar
kemungkinan dalam pemilu yang akan datang perolehan suara partai politik akan
kalah bila dibandingkan dengan jumlah Golput.
Keberadaan Golput ini termasuk hal yang merisaukan, kelompok ini tidak
dikomando oleh siapapun tetapi didorong oleh hati dan pikiran mereka sendiri,
mereka tidak diorganisir tetapi kompak melakukan perotes dengan cara berdiam
diri dan mengabaikan hak pilihnya. sepintas lalu keberadaan mereka memang tidak
memberi manfaat apa-apa terhadap perkembangan demokrasi negeri ini, tetapi perlawanan
yang dilakukannya bisa mencederai nilai demokrasi itu sendiri.
Kita tentunya tidak ingin pesta demokrasi yang dibiayai dengan uang
rakyat ini cedera hanya karena ulah sekelompok orang yang menyebut dirinya dengan
istilah Golput, tetapi kita juga harus menghargai mereka yang menggunakan
haknya untuk tidak memilih. Untuk itulah rakyat berharap agar para calon wakil
rakyat bisa merubah sikap dan prilakunya. Gunakanlah Waktu yang masih tersisa
ini masih bisa untuk memperbaiki diri dan meninggalkan cara-cara lama yang
dikenal dengan istilah POLITIK PENCITRAAN.
0 comments:
Post a Comment