Bukankah orang – orang tua kita telah mengajarkan “Selalu berani karena benar, tidak main tuduh dan tidak sembarang kritik, tetapi ungkapkanlah sesuai dengan kenyataan.”
Sebelum ditetapkan menjadi tersangka Anas meyakinkan publik
dengan ungkapan Gantung Anas di Monas. Ungkapan itu kini menjadi bahan
olok-olokan untuk dirinya sendiri,
karena seiring waktu berjalan KPK
telah menetapkan dirinya sebagai tersangka dalam kasus Hambalang.
Beberapa saat setelah ditetapkan sebagai tersangka Anas
menyampaikan pidato pengunduran dirinya
dari jabatan ketua umum Partai Demokrat. Dalam pidatonya itu, Anas menyatakan
akan mengikuti proses hukum, dan Anas juga percaya bahwa lewat proses hukum yang adil, obyektif dan transparan kebenaran
dan keadilan bisa saya dapatkan.
“Saya garis bawahi, saya masih percaya lewat proses hukum yang
adil, obyektif dan transparan berdasarkan kriteria-kriteria dan tata laksana
yang memenuhi standar saya yakin kebenaran dan keadilan masih bisa ditegakkan.
Karena saya percaya, negeri kita ini berdasarkan hukum dan keadilan bukan
berdasarkan prinsip kekuasaan”, ungkap Anas ketika itu.
Saat menyampaikan pidatonya waktu itu, Anas kelihatan tenang dan
sabar, kalimat yang keluar dari mulutnya tersusun rapi dan santun, bahasa
tubuhnya seolah ingin meyakinkan publik bahwa Anas akan menghadapinya dengan
sebuah keyakinan bahwa dirinya tidak bersalah, tetapi dipersalahkan, justeru itulah
raut wajahnya mencerminkan sikap percaya dirinya dan tidak mencerminkan
perasaan hatinya yang sedang dalam keadaan takut.
Kalau disimak isi pidato pengunduran diri Anas waktu itu, maka
pengadilan yang mengadili Anas Urbaningrum akan menjadi sebuah tontonan menarik
dan pertarungan sengit antara tersangka dengan penegak hukum. Anas dengan segala
kemampuannya akan menghadapi segala tuduhan yang dialamatkan kepadanya dengan
berbagai pembelaan, sementara disisi lain KPK akan berupaya pula untuk
membuktikan tuduhannya terhadap Anas.
Diperkirakan, pengadilan terhadap Anas akan menjadi sebuah episode
baru yang mengundang decak kagum akan keberanian Anas mengungkapkan segala
sesuatunya yang terkait dengan tuduhan yang disangkakan kepada dirinya. Karena
waktu itu Anas mengungkapkan bahwa penetapan dirinya sebagai tersangka dan
pengunduran dirinya dari Partai Demokrat bukan akhir dari segala-galanya,
tetapi merupakan awal dari sebuah langkah-langkah besar.
Lebih lanjut Anas menyebutkan bahwa ini adalah halaman pertama
dari halaman berikutnya yang penuh dengan makna, karena itulah kita menunggu-nunggu Anas
datang ke KPK menenteng lembaran-lembaran yang selama ini belum pernah dibuka
untuk dibaca bersama dihadapan penegak hukum.
Setelah KPK benar-benar memanggilnya sebagai tersangka, Anas
mangkir , dia tidak bersedia datang dengan alasan yang terkesan dibuat-buat.
Anas yang semula nampak gagah dan berani mendadak berubah jadi seorang
pengecut, pidatonya yang penuh semangat dan keyakinan akan kebenaran dirinya
menjadi hilang seketika.
Perubahan sikap Anas ini patut dipertanyakan, mengapa Anas tidak
bersedia memenuhi panggilan KPK, bukankah ini merupakan kesempatan untuk
melanjutkan langkah awal setelah dia mengundurkan diri dulu, bukan ini moment
yang ditunggu bagi Anas untuk membuka halaman berikutnya dari buku yang masih tersimpan
dilacinya.
Ayo Nas, datanglah ke KPK, Kalau memang tidak bersalah kenapa
harus takut, bukankah orang – orang tua
kita telah mengajarkan “Selalu berani karena benar, tidak main tuduh dan tidak
sembarang kritik, tetapi ungkapkanlah sesuai dengan kenyataan.”
0 comments:
Post a Comment