Motto :

Membaca sebanyak mungkin, Menulis seperlunya
Powered by Blogger.

Visitors

Powered By Blogger

Featured Posts

Like us

ads1

Anas Urbaningrum, Pemberani atau Pengecut

Written By lungbisar.blogspot.com on Wednesday, January 8, 2014 | 2:55 AM

Bukankah orang – orang tua kita telah mengajarkan “Selalu berani karena benar, tidak main tuduh dan tidak sembarang kritik, tetapi ungkapkanlah sesuai dengan kenyataan.”

Sebelum ditetapkan menjadi tersangka Anas meyakinkan publik dengan ungkapan Gantung Anas di Monas. Ungkapan itu kini menjadi bahan olok-olokan untuk dirinya sendiri,  karena  seiring waktu berjalan KPK telah menetapkan dirinya sebagai tersangka dalam kasus Hambalang.

Beberapa saat setelah ditetapkan sebagai tersangka Anas menyampaikan pidato pengunduran  dirinya dari jabatan ketua umum Partai Demokrat. Dalam pidatonya itu, Anas menyatakan akan mengikuti proses hukum, dan Anas juga percaya bahwa lewat proses hukum yang adil, obyektif dan transparan kebenaran dan keadilan bisa saya dapatkan. 

“Saya garis bawahi, saya masih percaya lewat proses hukum yang adil, obyektif dan transparan berdasarkan kriteria-kriteria dan tata laksana yang memenuhi standar saya yakin kebenaran dan keadilan masih bisa ditegakkan. Karena saya percaya, negeri kita ini berdasarkan hukum dan keadilan bukan berdasarkan prinsip kekuasaan”, ungkap Anas ketika itu.

Saat menyampaikan pidatonya waktu itu, Anas kelihatan tenang dan sabar, kalimat yang keluar dari mulutnya tersusun rapi dan santun, bahasa tubuhnya seolah ingin meyakinkan publik bahwa Anas akan menghadapinya dengan sebuah keyakinan bahwa dirinya tidak bersalah, tetapi dipersalahkan, justeru itulah raut wajahnya mencerminkan sikap percaya dirinya dan tidak mencerminkan perasaan hatinya yang sedang dalam keadaan takut.

Kalau disimak isi pidato pengunduran diri Anas waktu itu, maka pengadilan yang mengadili Anas Urbaningrum akan menjadi sebuah tontonan menarik dan pertarungan sengit antara tersangka dengan penegak hukum. Anas dengan segala kemampuannya akan menghadapi segala tuduhan yang dialamatkan kepadanya dengan berbagai pembelaan, sementara disisi lain KPK akan berupaya pula untuk membuktikan tuduhannya terhadap Anas.

Diperkirakan, pengadilan terhadap Anas akan menjadi sebuah episode baru yang mengundang decak kagum akan keberanian Anas mengungkapkan segala sesuatunya yang terkait dengan tuduhan yang disangkakan kepada dirinya. Karena waktu itu Anas mengungkapkan bahwa penetapan dirinya sebagai tersangka dan pengunduran dirinya dari Partai Demokrat bukan akhir dari segala-galanya, tetapi merupakan awal dari sebuah langkah-langkah besar.

“Hari ini saya nyatakan ini baru permulaan, hari ini saya nyatakan ini baru sebuah awal langkah-langkah besar, hari ini saya nyatakan bahwa ini baru halaman pertama. Masih banyak halaman-halalaman berikutnya yang akan kita buka dan baca bersama tentu untuk kebaikan kita bersama. Saya sekali lagi dalam kondisi apapun akan tetap berkomitmen, berikhtiar untuk memberikan sesuatu yang berharga bagi masa depan politik kita, bagi masa depan demokrasi kita.”
Lebih lanjut Anas menyebutkan bahwa ini adalah halaman pertama dari halaman berikutnya yang penuh dengan makna,  karena itulah kita menunggu-nunggu Anas datang ke KPK menenteng lembaran-lembaran yang selama ini belum pernah dibuka untuk dibaca bersama dihadapan penegak hukum.

Setelah KPK benar-benar memanggilnya sebagai tersangka, Anas mangkir , dia tidak bersedia datang dengan alasan yang terkesan dibuat-buat. Anas yang semula nampak gagah dan berani mendadak berubah jadi seorang pengecut, pidatonya yang penuh semangat dan keyakinan akan kebenaran dirinya menjadi hilang seketika.

Perubahan sikap Anas ini patut dipertanyakan, mengapa Anas tidak bersedia memenuhi panggilan KPK, bukankah ini merupakan kesempatan untuk melanjutkan langkah awal setelah dia mengundurkan diri dulu, bukan ini moment yang ditunggu bagi Anas untuk membuka halaman berikutnya dari buku yang masih tersimpan dilacinya.


Ayo Nas, datanglah ke KPK, Kalau memang tidak bersalah kenapa harus takut,  bukankah orang – orang tua kita telah mengajarkan “Selalu berani karena benar, tidak main tuduh dan tidak sembarang kritik, tetapi ungkapkanlah sesuai dengan kenyataan.”
2:55 AM | 0 comments | Read More

Politik Pencitraan

Written By lungbisar.blogspot.com on Sunday, January 5, 2014 | 9:23 PM

Dalam tahun 2014 ini rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dinegeri ini akan memilih wakilnya melalui pemilihan umum dan memilih seorang putera terbaik untuk memimpin negeri ini sebagai presiden. Karena adanya dua helat besar inilah maka sering disebut tahun 2014 ini sebagai tahun politik.

Menjelang berakhirnya tahun 2013, rakyat sudah disuguhkan oleh Calon wakil rakyat dengan berbagai atraksi pencitraan, mulai dari Baliho yang membentang lebar hampir menutup langit sampai kepada gambar para caleg yang menempel dimerata tempat. Hampir tidak ada ruang yang tersisa bagi mata rakyat untuk menoleh secara bebas tanpa melihat gambar caleg.

Photo diri dengan aneka ragam tulisan dipajang ditembok-tembok yang mudah dilihat, ditiang-tiang listrik, dipohon-pohon peneduh pinggiran jalan, sampai kepada kaca belakang mobil dan angkot. Meskipun tiap-tiap caleg tampil dengan gaya berbeda, tetapi pada hakekatnya mereka ingin menyampaikan sebuah kalimat pendek  “Pilihlah Saya” .

Sepertinya para politisi kita hari ini ingin mengulang sukses gaya politik pencitraan pada pemilu yang lalu, padahal rakyat hari ini lebih cenderung melihat kepada apa yang telah mereka perbuat selama ini. Caleg yang pada hari ini memajang photonya sambil tersenyum mengingatkan rakyat kepada wakilnya yang tersenyum simpul ketika ditangkap KPK.

Tidak berubahnya pola pikir dan tata cara para caleg dalam upaya meraih simpati rakyat membuat pemilih semakin jenuh dan menjauh. Tingkat kepercayaan publik terhadap para elite politik juga semakin menurun, sehingga besar kemungkinan dalam pemilu yang akan datang perolehan suara partai politik akan kalah bila dibandingkan dengan jumlah Golput.

Keberadaan Golput ini termasuk hal yang merisaukan, kelompok ini tidak dikomando oleh siapapun tetapi didorong oleh hati dan pikiran mereka sendiri, mereka tidak diorganisir tetapi kompak melakukan perotes dengan cara berdiam diri dan mengabaikan hak pilihnya. sepintas lalu keberadaan mereka memang tidak memberi manfaat apa-apa terhadap perkembangan demokrasi negeri ini, tetapi perlawanan yang dilakukannya bisa mencederai nilai demokrasi itu sendiri.


Kita tentunya tidak ingin pesta demokrasi yang dibiayai dengan uang rakyat ini cedera hanya karena ulah sekelompok orang yang menyebut dirinya dengan istilah Golput, tetapi kita juga harus menghargai mereka yang menggunakan haknya untuk tidak memilih. Untuk itulah rakyat berharap agar para calon wakil rakyat bisa merubah sikap dan prilakunya. Gunakanlah Waktu yang masih tersisa ini masih bisa untuk memperbaiki diri dan meninggalkan cara-cara lama yang dikenal dengan istilah POLITIK PENCITRAAN. 
9:23 PM | 0 comments | Read More