Kalah menang dalam sebuah pertandingan soal biasa, kalau tak ada yang
kalah, tentu tidak ada yang menang. Tapi, jika kekalahan itu sampai 10 -
0 kosong, dia bukan menjadi hal yang biasa lagi tapi sudah bergeser
menjadi sesuatu yang binasa.
Dalam sebuah pertandingan sepakbola lazimnya kalah hingga 3-0 sudah
merupakan aib yang tak tertanggungkan. Sebuah tim akan merasa malu jika
gawangnya kebobolan dan tak mampu membalas serangan dengan membobol
gawang lawan.
Memasukan bola kedalam gawang itu bukan perkara mudah, luar biasa
sulitnya, perlu ketelitian dan kemahiran mengolah sikulit bundar, oleh
karenanya banyak atelit sepakbola yang dibayar mahal bila bisa
menyarangkan bola kegawang lawan.
Tapi bagi tim sepakbola Bahrain, kesulitan itu tak ditemui ketika
berhadapan dengan Timnas kita, mereka mampu menyarangkan bola kegawang
timnas Indonesia sebanyak 10 goal, saya ulangi "10 goal" . Timnas kita
bertekuk lutut, terkulai layu tak berdaya, dibantai oleh lawan mainnya
dengan mudah seperti menggulai ayam sayur, kebobolan hingga 10 gol itu
sungguh diluar dugaan banyak orang Indonesia, sekaligus tamparan dahsyat
kemuka pengurus PSSI yang kerjanya ribut melulu.
Hingga hari ini belum terdengar apa pertanggungjawaban Djohar Aripin
tentang kekalahan yang memalukan itu. Entah dimana gerangan Ketua PSSI
ini berada, padahal penggemar sepakbola menunggunya untuk
mempertanggungjawabkan kekalahan yang memalukan dan memilukan itu. Yang
muncul kepermukaan hanya sekjen PSSI yang dengan entengnya meminta maaf.
Johar perlu menjelaskan mengapa pengurus PSSI menurunkan pemain yang
belum layak tanding dalam menghadapi Bahrain. Apakah tidak ada lagi
pemain yang pantas, kemana pemain-pemain yang dulu bertarung dalam Sea
Games, bukankah mereka sudah menunjukan kemampuannya mengawaki
kesebelasan yang kita cintai.
Kekalahan Timnas Indonesia 10-0 atas Bahrain, dalam lanjutan
kualifikasi Pra Piala Dunia Putaran III, di Manama, Rabu (29/2/2012),
malam, merupakan sebuah aib yang tak tertanggungkan. Terbuktilah sudah
betapa tidak becusnya pengurus PSSI mengurus persepakbolaan kita,
kerjanya ribut melulu, tak ada prestasi yang ada hanya ketupat basi.
Oleh karenanya, daripada mendapat malu terus menerus dikemudian hari
maka tidak ada kata yang lebih pantas diucapkan kepada Djohar Aripin,
kecuali "mundur sajalah dikau Har".
0 comments:
Post a Comment